Radio adalah media yang
bisa didengarkan dimana saja dan sambil apa saja. Radio bersifat lokal jadi
akrab dengan pendengarnya sama dengan segmen pendengar jelas & terbatas.
Tapi pengiklan adalah
raja, pengiklan menghendaki biaya murah dan menjangkau banyak
pendengar/konsumen. Jejaring radio adalah strategi yang sangat ekonomis dan
efisien untuk menjaring iklan sehingga bisa bersaing dengan media TV. Karena
jejaring radio sangat memudahkan kerja biro iklan.
A. Mismanajemen
Alokasi Frekuensi (alih kepemilikan saham media penyiaran)
Frekuensi adalah sumber
daya publik yang sangat terbatas jumlahnya dan mempunyai nilai ekonomis dan
politik yang tinggi. Alokasi Frekuensi harus diatur oleh lembaga regulasi
independen yang di pilih oleh publik. Frekuensi tidak bisa dimiliki oleh
pribadi-pribadi, Namun pengelolanya bisa dimiliki pribadi-pribadi dengan
ketentuan tertentu dan bisa berpindah tangan apabiala terjadi pelanggaran.
B. Konsentrasi
Kepemilikan
Keberadaan konglomerasi perusahaan media massa
juga dianggap tidak memberi banyak kontribusi pada perlindungan dan peningkatan
kesejahteraan para pekerja pers.
Penguasaan atau pemusatan kepemilikan usaha
penyiaran, termasuk penguasaan opini publik, yang berpotensi membatasi dan mengurangi
kebebasan warga negara dalam memperoleh informasi demi
kepentingan dan keuntungan sekelompok orang atau pemodal saja
Pemberitaan dimanfaatkan oleh pemilik modal
untuk menekan kelompok lawan, baik untuk kepentingan politik maupun bisnis,
dari sang konglomerat atau bahkan untuk mempromosikan dan menguntungkan
kelompok bisnisnya sendiri.
C. Pertumbuhan
Industri Radio
1980an merupakan masa emas industri radio.
1990-an lahir era TV swasta yang sangat mempengaruhi komposisi perolehan iklan
radio. Persentasi iklan radio menurun, iklan TV mendominasi Iklan dari pada
media lain. Ini dikarenakan radio-radio lokal kurang kesadaran untuk melakukan
jejaring radio dengan radio yang sudah mapan.
Dengan maraknya jejaring sosial industri radio
mulai bangkit dan mampu bersaing dengan media cetak maupun TV, bahkan cenderung
makin kompetitif dalam meraup iklan.
D. Radio
Daerah dan Kesenjangan
Problem Radio Daerah: Kalah saing dengan jejaring
radio, muncul banyak radio-radio daerah baru, kinerja
profesional radio daerah sangat lemah, tidak memiliki data-data yang dibutuhkan
untuk meyakinkan pengiklan
Jejaring
CPP Radio Net mendapat kecaman dari berbagai daerah karena dituding mematikan
pasaran iklan radio-radio nongrup di Jawa Tengah dengan menghalangi iklan-iklan
besar ke radio di luar jaringan CPP. Selain itu CPP Radio Net juga di kritik
mengenai kebijakan harga spot iklan yang menggunakan sistem borongan.
Dibuatnya radio-radio
baru di daerah ditengah persaingan dengan TV membuat radio-radio daerah semakin
terpuru.
E. Radio
Pemda
Razia radio-radio tanpa
izin oleh Polisi dan PRSSNI tidak objektif, hanya radio-radio komunitas saja
yang di-sweeping sedangkan radio-radio milik Pemda tidak.
Radio Pemda didanai
oleh APBD, mempunyai staf yang berstatus pegawai negeri, dan menggunakan gedung
milik pemerintah, bebas dari pungutan pajak, listrik dan berkembang bebas
menerima iklan komersial. Mereka melakukan swastanisasi radio pemerintah daerah
dengan 2 pola.
Pertama,
pengelola dilakukan pihak internal (para pejabat pemerintah mengangkat dirinya
sebagai direktur, manajer, dll). Keuntungan yang diperoleh bisa masuk kas
daerah, bisa juga masuk kantong pribadi si pejabat.
Kedua
pengelola melibatkan pihak eksternal (disilah banyak pengusaha radio terlibat,
mereka menyewa frekuensi milik pemerintah dalam jangka waktu tertentu, kemudian
frekuensi ini dipakai untuk mengoperasikan radio swasta baru, Pemda tinggal
menerima uang sewa, ini pun sebagian masuk kantong pribadi pejabat.
F. Radio
Kepolisian dan TNI
Radio Kepolisian dan
TNI menentukan frekuensi yang mereka inginkan tanpa memperdulikan pengguna
frekuensi lain, dan merupakan radio ilegal. Dan bebas beredar guna kepentingan
politik mereka.
G. Radio
Parpol
Peran radio dalam pemilu sangatlah
penting, agar tidak terjadi monopoli maka harus ada aturan main dalam
pemanfaatan radio dalam pemilu.
Artikel Terkait:
* Ilmu Komunikasi
* Teori Ilmu Komunikasi
* Mata Kuliah Ilmu Komunikasi
* Teori Semiotika
* Makalah Ilmu Komunikasi
* Materi Ilmu Komunikasi
* Makalah Kuliah Komunikasi
* Event Organizer
* Mata Kuliah Event Organizer
* Teori Semantik
* Metode Penelitian Komunikasi
* Jurnalisme Kontemporer
* Media Massa
* Mata Kuliah Jurnalisme
* Mata Kuliah Reportase
* Ilmu Advertising
Wah Nice Share gan :D
ReplyDeletesekarang Radio udah pada Online gan ahaha, Nice share
ReplyDeletemakasih. semoga manfaat
ReplyDeleteMeskipun sudah sedikit mengalami kemunduran namun radio tetap menjadi idaman dihati penduduk negeri kita ini
ReplyDeletemasih denger radio kalo d desa, ice krim
ReplyDeletekalo saya masih sering dengerin radio di rumah :)
ReplyDeleteNambah wawasan ane gan thx infonya gan
ReplyDeleteArtikelnya bagus gan. Saya juga suka ngedengerin radio.
ReplyDeleteBTW ane juga penyiar/mc radio lokal di kota ane sob
ReplyDeleteinfo bagus sob.
Udah jarang ya peminat radio , jadi kengen dulu hehe
ReplyDeletedengerin radion onlinee
ReplyDeleteSaya udah jarang denger radio, didepan laptop mulu. Hehe.
ReplyDeletenice gan..
ReplyDeleteMantap artikel diatas sangat bermanfaat sekali :)
ReplyDeletewah radio memang sangat membantu gan
ReplyDeletedan terimakasih banyak ya atas semua wawasan yg agan bagi
kyk flashback jaman doloe
ReplyDeleteskarang jarang denger radio palingan dari hp
masi sering dengerin radio si kalo acara tv bosenin :v
ReplyDeleteudah gapernah dengerin radio ehehe
ReplyDeletesjjr.a...smpe skrng masih maniak radio..
ReplyDeleteTp skrng kgg s.hot dlu...
Slng senggolnya udh mau punah.