Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti
sekarang ini, begitu pula media massa dan teknologi komunikasi belum berkembang
seperti saat ini, semua bentuk pencabulan atau tindakan-tindakan yang jorok
dengan menonjolkan obyek seks disebut dengan kata porno. Ide porno itu kemudian
dapat dilukis atau diukir, terutama ketika penemuan mesin cetak di abad ke-14
sehingga masyarakat telah dapat memproduksi hasil-hasil cetakan termasuk
gambar-gambar porno. Maka istiah pornografi menjadi sangat sering digunakan
untuk menandai gambar-gamba porno saat itu sampai saat ini.
Dan, saat ini ketika masyarakat sudah terbuka, kemajuan teknologi komunikasi terus berkembang, maka konsep pornografi juga telah bergeser dan berkembang. Karena itu, secara garis besar, dalam wacana porno atau penggambaran tindakan pencabulan (pornografi) kontemporer, ada beberapa varian pemahaman porno yang dapat dikonseptualisasikan, seperti pornografi, pornoteks, pornosuara, pornoaksi. Dalam kasus tertentu semua kategori konseptual itu dapat menjadi sajian dalam satu media, sehingga melahirkan konsep baru yang dinamakan pornomedia.[1]
Baca juga: Dasar Jurnalistik
Dan, saat ini ketika masyarakat sudah terbuka, kemajuan teknologi komunikasi terus berkembang, maka konsep pornografi juga telah bergeser dan berkembang. Karena itu, secara garis besar, dalam wacana porno atau penggambaran tindakan pencabulan (pornografi) kontemporer, ada beberapa varian pemahaman porno yang dapat dikonseptualisasikan, seperti pornografi, pornoteks, pornosuara, pornoaksi. Dalam kasus tertentu semua kategori konseptual itu dapat menjadi sajian dalam satu media, sehingga melahirkan konsep baru yang dinamakan pornomedia.[1]
Baca juga: Dasar Jurnalistik
1. Pornografi
Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak
menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya yang seronoh, jorok,
vulgar, membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi
dapat diperoleh dalam bentuk foto, poster, lieflet, gambar video, film, dan
gambar VCD, termasuk pula dalam bentuk alat visual lainnya yang memuat gambar
atau kegiatan pencabulan (porno).
2.
Pornoteks
Karya pencabulan (porno) yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita
dalam berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi
cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk
pula cerita porno dalam buku-buku komik, sehingga pembaca merasa seakan-akan ia
menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa
hubungan-hubungan seks itu. Penggambaran yang detail secara narasi terhadap
hubungan seks ini menyebabkan terciptanya theatre of the maind pembaca tentang
arena seksual yang sedang berlangsung, sehingga fantasi seksual pembaca menjadi
“menggebu-gebu” terhadap obyek hubungan seks yang digambarkan itu.
3.
Pornosuara
Yaitu suara, tuturan, kata-kata dan kalimat-kalimat yang ducapkan seseorang,
yang langsung atau tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan
rayuan seksual, suara atau tuturan tentang obyek seksual atau aktivitas
seksual. Pornosuara ini secara langsung atau tidak memberi penggambaran tentang
obyek seksual maupun aktivitas seksual kepada lawan bicara atau pendengar,
sehingga berakibat kepada efek ransangan seksual terhadap orang yang mendengar
atau penerima informasi seksual itu.
4.
Pornoaksi
Adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan
bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi
mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja
untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya.
Pornoaksi pada awalnya adalah aksi-aksi subyek-obyek seksual yang
dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga
menimbulkan rangsangan seksual bagi seseorang termasuk menimbulkan histeria
seksual di masyarakat.
5.
Pornomedia
Pornomedia adalah eksploitasi tubuh media massa. Dalam konteks media massa,
pornografi, pornoteks, pornosuara dan pornoaksi menjadi bagian-bagian yang
saling berhubungan sesuai dengan karakter media yang menyiarkan porno itu. Pornografi
(cetak-visual)-pornoteks, pornoaksi-pornografi-pornosuara (elektronik) bersamaan muncul dalam media audio-visual seperti
televisi, ataupun media audio semacam radio dan media telekomunikasi lainnya
seperti telepon. Varian-varian porno ini menjadi satu dalam media jaringan
seperti internet cybersex, cyberporno.
Baca juga: Programmer TV
Mengenai hal ini oleh B. Bungin (2003) secara gamblang menjelaskan bahwa pergeseran konsep seks dalam masyarakat saat ini banyak dipengaruhi oleh dinamika sosial budaya dan kontruksi sosial mereka. Pergeseran tersebut lebih disebabkan ketika seks dan sensualitas itu dipahami hanya pada sisi esensi dari kebutuhan biologis dan alamiah yang bersifat normative terikat aturan yang kaku dan berbatas. Pada tataran ini konsep seks berada pada wilayah kognisi atau pada area privasi. Ketika ini kemudian dianggap tidak mampu lagi memberikan daya kuasa kepada individu secara bebas, maka yang terjadi selanjutnya individu tersebut atau seks itu sendiri akan mengalami proses pencarian bentuk hingga pada suatu titik tertentu yang bebas. Sebagai contoh kasus-kasus seksualitas seperti seks bebas, penyimpangan seks, termasuk pelecehan seks adalah bukti konkrit atas penggambaran keadaan dimaksud. Hingga pada keadaan ini memicu munculnya fenomena seksualitas sebagai gejala baru yang menggelitik dalam masyarakat. Parahnya lagi, media massa melihat perspektif ini sebagai sesuatu yang harus ekplorasi lebih lanjut.
Bahwa seks dan sensualitas selalu melekat dalam diri setiap orang dan merupakan produk budaya historisnya yang bernilai human interst atau menarik untuk diketahui. Kemudian media massa secara bebas memaknai seks dalam bentuk abstrak dimana selsualitas ditemukan dalam simbol dan bahasa verbal secara longgar dan bebas dimaknai.[2]
[1] Burhan Burngin, Pornomedia:
Sosiologi Media, Konstruksi Sosial, Teknologi Telematika, & Perayaan Seks
di Media Massa. (Jakarta: Kencana, 2005) hal. 123
(diakses pada Kamis, 21 Nopember 2013)
wah bagus gan
ReplyDeleteini bisa mengurangi perilaku yg salah d kalangan remaja :)
mantap gan :)
wah infonya bermanfaat bgt nih, biar pada gak salah ...
ReplyDeletehihii sangat bermanfaat gan :D
ReplyDeletethanks gan bermanfaat nih
ReplyDeletedi tunggu kunjungannya http://teknologi10001.blogspot.co.id/2016/02/cara-root-hp-smartfren-andromax-c3.html
hahaha ada-ada saja pornomedia.... :v
ReplyDeletehehehe emang ada gan, ini salah satu ateri kuliah saya juga lho..
DeleteTetep aja bahaya gan buat anak anak
ReplyDeleteMencerahkan.. Artikel semacam ini yg dibutuhkan untuk menekan angka kasus pelecehan seksuil. Sukses terus dalam berkarya. Salam hangat
ReplyDeleteterima kasih gan, sukses selalu
Deletenambah wawasan nih belum tau saya sebelumnya thank infonya gan
ReplyDeletemedia memang sangat berpengaruh terhadap merajalelanya berbagai porno yang beredar di masyarakat termasuk anak-anak! nice infonya..di tunggu artikel selanjutnya
ReplyDeleteMakin beragam ya jenis2 pornografi, baru tahu ane..
ReplyDeleteada gan satu lagi .. "ponori" .. masih inget gan? heheh
ReplyDeletePerkembangan Pornografi, Sejalan Dengan Kemajuan Teknologi... Hahaha.. Luar Biasa Gan.
ReplyDeleteLuar biasa gan, baru tau ane ada banyak macamnya.
ReplyDeleteWah bagusan konten ini harus dihapuskan karena akan bisa berpengaruh kepada anak-anak
ReplyDeleteemang makin meluas sih ini-_-
ReplyDeletebagus nih untuk para orang tua agar mengerti bagaimana cara menyaring konten - konten berbau porno kyg datang ke anaknya
ReplyDelete18 tahun keatas jd 18 tahun kebawah yah gan, hehe
ReplyDeleteLumayan ^_^
ReplyDeletemakin bikin generasi muda rusak gane\ ehhe
ReplyDeletetambah tahun indonesia semakin kebarat-baratan,...sex bebas sdh bkn hal memalukn lg,,
ReplyDeleteby dedi mekanikmitsubishi
Thanks your information
ReplyDeletesangat bermanfaat artikelnya gan :)
ReplyDeletewahh kerenn gann :)
ReplyDeletesangat jituh bngett gann
by ryanarmansyah
Kalau cara mengatasi porn-addict itu gimana gan?
ReplyDeleteDari yg pada tahun 1990an masyrakat kebanyakan mengakses pornoteks..dan sekarang bergeaer ke pornomedia dan porno aksi
ReplyDeleteasem :v
ReplyDeleteboleh juga nih gansss :v
wah perkembanganya lumayan cepat juga ya.
ReplyDeletePornomedia, sepertinya itu sudah cukup untuk mencakup semuanya...
ReplyDeleteBagaimana kalau sudut pandangnya di tujukan pada media massa yang mulai ngawur dengan konten yg disiarkan... Skarang yg ada lebih kepada efek... Misal, film sinetron yg bnyk mnampilkan pacar2an, nnti efek yg dtmbulkan bisa ke porno loh...
SUper sekali
ReplyDeletewow semakin ngilu aja ya bos..
ReplyDeleteGara-gara berkembangnya teknologi yang sangat pesat yang mengakibatkan pergeseran moral dan etika masyarakat akan hal tersebut. Semakin maju teknologi semakin turun moral masyarakat dan semakin meraja lela kekerasan seksual dan porno-porno yang lainnya
ReplyDeletepornografi sangat mudah diakses saat ini,...sangat membahayakan generasi bangsa,.
ReplyDeleteby dedi mekanikmitsubishi
nambah ni wawasan gue jadinnya gan! makasih gan
ReplyDelete